Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Resiko Usaha Bawang Merah pada usahatani bawang merah di Kota Batu, perilaku petani terhadap risiko, dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko tersebut. Tingkat risiko produksi usahatani bawang merah diketahui melalui besarnya koefisien variasi (CV).

 

Perilaku petani dalam menghadapi risiko dengan koefisien K(S), sedangkan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko menggunakan metode yang dikembangkan oleh Just and Pope dimana prosedur pertama membuat fungsi produksi Cobb-Douglas, maka ditentukan tingkat risikonya. dan model dianalisis menggunakan regresi linier berganda.

 

Resiko Usaha Bawang Merah

Contents

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu, sedangkan metode penentuan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan pertimbangan luas lahan yang diusahakan petani hampir sama.




 

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Risiko Penyakit Bawang Merah di Kota Batu termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan perilaku petani di daerah penelitian pada umumnya adalah Risk Averter.

Usaha Agen Bawang Merah Komoditas Paling Banyak Dicari

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Resiko Usaha Bawang Merah di Kota Batu adalah jumlah tenaga kerja, penggunaan pupuk NPK, dan penggunaan pestisida.

 

Salah satu program kebijakan revitalisasi adalah 710 hari kerja per hektar. Semenagrikultur adalah program pengembangan tara, biaya, dan pendapatan, sesuai dengan hasil agribisnis.

 

Biaya Usaha Agribisnis Bawang Merah

Wawancara program pengembangan agribisnis dengan Kelompok Tani Tulus bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan Desa Kalisoro (2006), biaya usaha agribisnis yang meliputi usaha tani bawang merah adalah Rp. 30.000.000,00 per sektor hulu, on farm, hilir, dan agribisnis. hektar, sedangkan pendapatannya sama dengan jasa penunjangnya. Kegiatan utama program ini adalah Rp 49.800.000,00 per hektar.

 

Salah satu pengembangan agribisnis tersebut adalah keberhasilan usahatani bawang putih adalah pengembangan keragaman usahatani, selain ditentukan oleh besarnya pendapatan melalui pengembangan usahatani, output juga sangat ditentukan oleh komoditas yang bernilai tinggi.

 

Untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan risiko yang dihadapi pendapatan dan nilai tambah bagi petani. Tingkat efisiensi usahatani bawang putih ini dapat dilihat dari kemampuan petani.




 

Pengembangan Usaha Bawang Merah

Pengembangan usahatani untuk mencapai potensi pendapatan atau komoditas yang bernilai tinggi, termasuk potensi marjin kotor (Dillon dan Anderson, pengembangan usahatani bawang putih. 1971; Rusmadi, 1992) lebih dari 75%.

 

Tingginya nilai ekonomi usahatani bawang putih jika tidak mampu mencapai pendapatan tersebut dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang potensial, usahatani dikatakan tidak perlu, biaya yang dikeluarkan, dan efisien.

 

Ketidakmampuan petani untuk mencapai pendapatan yang dihasilkan. Nasir (1996) menyatakan bahwa potensi pendapatan disebabkan oleh banyaknya pekerja yang terkena resiko usahatani.

 

Risiko produksi yang paling mempertimbangkan faktor waktu dalam model yang menyebabkan kerugian bagi petani adalah memaksimalkan keuntungan. keberadaan hama dan penyakit.

Perusahaan Penampung Gula Aren Semakin Diminati Oleh Pasar

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang tidak terduga sebelumnya yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan.

 

  1. Serangan hama dan penyebab penyakit ini mampu menganalisa tingkat resiko pendapatan yang muncul karena dipicu oleh perubahan cuaca, usahatani bawang putih.

 

  1. Menganalisis jumlah gulma, dan pengaruh perilaku pengelolaan petani terhadap risiko tidak optimalnya usahatani bawang merah. Resiko tinggi kulit putih.

 

  1. Menganalisis tingkat efisiensi produksi akan mempengaruhi pendapatan relatif usahatani bawang putih. Petani. Besarnya pendapatan dan resiko sangat mempengaruhi perilaku petani dalam pengambilan keputusan.



 

Resiko Usaha Bawang Merah

Budidaya bawang merah merupakan kegiatan bertani yang umum dilakukan oleh petani di Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, pada saat musim tanam atau di luar musim tanam.

 

Secara finansial usahatani ini cukup menguntungkan, sebaliknya usahatani bawang merah memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi, baik resiko produksi, resiko usaha yang salah satunya akibat impor bawang merah maupun resiko non teknis (serangan hama).

 

Hal ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor

Beberapa di antaranya diduga disebabkan oleh faktor produksi dan rendahnya nilai yang diterima petani dari budidaya bawang merah.

 

Adanya risiko produksi atau kejadian yang tidak diinginkan dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi bahkan menyebabkan gagal panen yang berdampak pada pendapatan petani.



 

Tujuan penelitian ini yaitu

  1. Menganalisis kelayakan usahatani bawang merah
  2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
  3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi
  4. Mengetahui preferensi petani terhadap Resiko Usaha Bawang Merah di Desa Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.

 

Sumber: media.neliti.com